Oleh
Sumigiyati
(Mahasiswa PGSD FKIP UNTAN)
Abstrak: Metode diskusi
merupakan salah satu metode untuk menyampaikan pembelajaran. Penggunaan metode
diskusi sebenarnya bukan saja sebagai salah satu penyampaian materi pelajaran
kepada siswa yang
bersifat problematis, tetapi juga melatih anak dalam kehidupan sehari-hari
untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan membentuk kompetensi-kompetensi
sosial yang dibutuhkan. Dalam metode diskusi ini, siswa diharapkan lebih aktif
dan mampu memecahkan masalah. Tidak hanya itu, tetapi dengan menggunakan metode diskusi ini juga dapat melatih siswa
berbicara di
depan banyak orang, menghargai pendapat orang lain, serta mengeluarkan pendapat.
depan banyak orang, menghargai pendapat orang lain, serta mengeluarkan pendapat.
Kata Kunci: pembelajaran,
metode diskusi, bahasa Indonesia
Pendahuluan
Metode diskusi diartikan sebagai cara “penyampaian” bahan pengajaran yang melibataktifkan siswa
untuk berbicara dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis. Guru, peserta dan atau kelompok siswa memiliki perhatian
yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Metode diskusi dapat mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar
pendapat baik dengan guru maupun teman-temannya sehingga mereka dapat
berpartisipasi secara optimal tanpa ada aturan-aturan yang berlaku keras namun
tetap mengikuti etika yang disepakati bersama. Menurut Suparlan (2007) diskusi
dapat dilaksanakan dalam dua bentuk yakni diskusi kelompok kecil dan diskusi
kelas. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diskusi dapat membantu terjadinya
komunikasi dua arah.
Selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, pembe-lajaran bahasa
indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar
untuk memperluas wawasan dan mempertajam kepekaan perasaan siswa. Oleh karena
itu, tujuan penerapan metode diskusi lebih ditekankan pada aspek keterampilan
berbicara. Dengan demikian, pembelajaran bahasa tidak hanya sekedar
mendengarkan guru menerangkan saja, tetapi diperlukan keaktifan siswa di dalam
proses belajar mengajar, sehingga terjalin interaksi baik antara siswa dengan
siswa maupun dengan guru.
Sesuai dengan uraian di atas, maka yang
menjadi masalah dalam artikel ini adalah “Bagaimana pembelajaran bahasa
indonesia dengan
menggunakan metode
diskusi?”. Berdasarkan masalah umum diatas penulis merumuskan menjadi beberapa
masalah sub-sub
masalah, yaitu:
1. Bagaimana proses pembe-lajaran bahasa indonesia
dengan menggunakan
metode diskusi?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan
meng-gunakan metode diskusi?
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan
umum penulisan artikel ini adalah “untuk mendeskripsikan pembelajaran ba-hasa
indonesia dengan menggunakan metode diskusi”. Berdasarkan tujuan umum tersebut, penulis menjabarkan menjadi beberapa
tujuan khusus, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan pro-ses pembelajaran
bahasa Indonesia dengan meng-gunakan
metode diskusi
2. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembela-jaran
melalui metode
diskusi.
Pembelajaran Bahasa
Indonesia Menggunakan Metode Diskusi
Dalam KBBI (1980) metode
mengandung arti cara yang teratur dan terpikir untuk mencapai maksud (dalam
ilmu pengetahuan), cara bekerja konsisten untuk me-mudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. T.Raka Joni (1993) mengartikan
metode sebagai cara kerja yang bersifat relative umum yang sesuai untuk
mencapai tujuan tertentu. Sehingga metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan
untuk menyajikan atau melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Metode adalah “a way in achieving something” (Wina
Senjaya, 2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk meng-implementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasi-kan
strategi pembelajaran, diantara-nya: ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi,
tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok, karya wisata dan penemuan.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas
belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya
sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi,dan me-ningkatkan
proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat,
dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan
belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses
belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan
masyarakat.
Istilah pembelajaran me-rupakan istilah baru
yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita
menggunakan istilah “proses belajar-mengajar”. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager
(1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Istilah pembelajaran mengacu
pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.
Kalau kita menggunakan kata “pengajaran”, kita membatasi diri hanya pada
konteks tatap muka guru-siswa di dalam kelas. Sedangkan dalam istilah
pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik.
Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi,
atau media lainnya. Tentu saja, guru tetap memainkan peranan penting dalam
merancang setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pengajaran merupakan
salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampauan
atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran
tertentu. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi,
metode, dan teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain
membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara optimal.
Umumnya situasi belajar
kreatif lebih banyak menuntut siswa untuk aktif untuk melakukan kegiatan fisik
dan diskusi. Sebagai pengajar di kelas, kita tidak dapat menuntut siswa untuk
duduk rapi dan diam ditempatnya masing-masing. Guru harus lebih toleran dan
menyadari akan kesibukan siswanya. Namun, guru juga harus dapat membedakan
antara kesibukan yang aktif dan diskusi yang produktif dengan kesibukan dan
diskusi yang hanya sekedar ‘mengobrol’. Peran guru harus terbuka, mendorong
siswa untuk aktif belajar dapat menerima gagasan siswa, memupuk siswa untuk
memberikan kritik mem-bangun dan mampu memberikan penilaian terhadap diri
sendiri, menghindari hukuman atau celaan terhadap ide yang tidak biasa, dan
menerima perbedaan waktu dan kecepatan setiap siswa dalam menuangkan ide-ide
barunya.
Pertanyaan yang me-rangsang pemikiran kreatif
adalah pertanyaan divergen (terbuka). Pertanyaan seperti ini dapat merangsang diskusi karena memiliki
banyak kemungkinan jawaban. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan
keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai
informasi mereka. Agar tampak manfaatnya, pertanyaan terbuka harus mencakup
bahan yang cukup dikenal siswa. Oleh karena itu, guru pun disarankan untuk
tetap berada dalam jalur tujuan instruksional dari suatu pokok bahasan.
Melalui diskusi kelompok, anak memperoleh
pengalaman dan latihan mengungkapkan diri secara lisan dan berkomunikasi dengan
orang lain. Diskusi memungkinkan pengembanmgan penalaran, pe-mikiran kritis,
dan kreatif, serta kemampuan memberikan per-timbangan dan penilaian. Di lain pihak
peran guru juga sangat penting karena ia harus menjadi fasilitator yang dapat
mengenalkan masalah dan memberikan informasi yang diperlukan siswa untuk
membahas masalah. Selain itu guru juga harus tahu pada saat kapan peran
sertanya diperlukan, misalnya diskusi menjadi menyimpang dari materi yang harus
dibahas umtuk menghindari kesalahan-kesalahan tersembunyi. Meskipun peran aktif
dari siswa diperlukan, namun siswa juga tetap memerlukan bimbingan dan
pengarahan sesuai bakat dan kemampuannya.
Pertanyaan-pertanyaan,
seperti apa akibatnya ...,seandainya ...,
umumnya pertanyaan yang dapat merangsang imajinasi siswa untuk menampilkan
gagasan baru, khususnya penemuan baru. Guru yang mendorong proses pemikiran
yang tidak hanya mengenai data yang sudah ada akan menghasilkan anak yang bukan
hanya pelaksana, tetapi juga pemikir, penemu maupun pencipta.
Tujuan digunakannya dis-kusi kelompok ini
adalah melatih siswa untu mengeluarkan pendapat, dan mau menerima kritikan
kalau pendapatnya memang kurang benar. Melalui diskusi kelompok ini siswa dapat
menguji kebenaran pen-dapatnya mengenai sesuatu hal.
Adakalanya dalam diskusi kelompok ini
didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Untuk menghindari hal ini perlu
adanya moderator yang dapat mengatur lalu lintas pembicaraan di dalam diskusi
kelompok tersebut.
Keunggulan diskusi ke-lompok
sebagai suatu teknik dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain
berikut ini.
1.
Kadar CBSA-nya tinggi.
2.
Memberi peluang kepada siswa
untuk saling mengemukakan pendapat.
3.
Mendorong terciptanya rasa
kesatuan.
4.
Dapat memperluas pandangan
siswa.
5.
Melatih mengembangkan ke-pemimpinan
bagi siswa yang ditunjuk sebagai moderator.
Disamping keunggulannya, diskusi kelompok ini mempunyai kekurangan sebagai
berikut.
1.
Tidak dapat digunakan secara
efektif untuk kelompok yang besar.
2.
Kalau tidak terkendali dapat
menyimpang dari dari tujuan.
3.
Membutuhkan moderator yang
terampil.
4.
Adakalanya hanya didominasi
oleh siswa-siswa yang suka dan berani bicara.
Disamping itu, metode
diskusi dapat melatih siswa menghargai pendapat orang lain. Diskusi sebagai
metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis,
menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan
pelajaran yang diperoleh di sekolah, me-motivasi dan mengkaji lebih lanjut.
Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, meng-klasifikasi,
menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpul-an, mengaplikasikan
teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Melatih keberanian untuk meng-utarakan
pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan
pendapat yang dikemukakannya.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Itulah
sebabnya sejak diberlakukan kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa digunakan
pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi
kesempatan sebanyak-banyaknya untuk melakukan komunikasi baik secara lisan
maupun tulis. Supaya siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik benar maka siswa perlu dilatih sebanyak-banyaknya atau
diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk melakukan kegiatan ber-komunikasi.
Itulah sebabnya, dalam pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif, yang
ditekankan adalah mengembangkan kompetensi komunikasi siswa untuk mendukung
performasi komunikasi siswa.
Itulah sebabnya, mengapa metode diskusi sangat diperlukan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, karena metode diskusi menjadikan siswa untuk
berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Metode diskusi
juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat, dan
memberikan solusi terhadap masalah yang dibahas. Dengan demikian akan
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang sedang ber-langsung.
Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan
Metode Diskusi
Langkah-langkah
diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini
dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakternya masing-masing. Oleh karena
itu, langkah dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lainnya.
Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas,
langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih
sederhana. Moedjiono, dkk (1996) menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan
diskusi sebagai berikut.
a.
Merumuskan masalah secara
jelas.
b.
Dengan bimbingan guru, siswa
membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua,
sekertaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya
sesuai dengan tujuan diskusi.
c.
Melaksanakan diskusi. Setiap
anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana
cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota
tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
d.
Melaporkan hasil diskusinya.
Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain.
Guru memberi alasan atau penjelasan dari laporan tersebut.
e.
Akhirnya siswa mencatat
hasil diskusi, dan guru me-ngumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap
kelompok.
Budiardjo, dkk (1994: 20-23) membuat langkah penggunaan metode diskusi
sebagai berikut.
1.
Tahap persiapan
a.
Merumuskan tujuan pem-belajaran.
b.
Merumuskan permasalahan
dengan jelas dan ringkas.
c.
Mempertimbangkan
karakteristik siswa dengan benar.
d.
Menyiapkan kerangka diskusi
yang meliputi: (1) menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah, (2)
menentukan alokasi waktu, (3) menentukan format su-sunan tempat, (4) me-nentukan
aturan main jalannya diskusi.
e.
Menyiapkan fasilitas
diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi, (2) menentukan dan mengatur
tempat, (3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2.
Tahap pelaksanaan
a.
Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b.
Menyampaikan pokok-pokok
yang akan di-diskusikan.
c.
Menjelaskan prosedur
diskusi.
d.
Mengatur kelompok-kelompok
diskusi.
e.
Melaksanakan diskusi.
3.
Tahap penutup
a.
Memberi kesempatan kelompok
untuk me-laporkan hasil diskusi.
b.
Memberi kesempatan kelompok
untuk menanggapi.
c.
Memberi umpan balik.
d.
Menyimpulkan hasil diskusi.
Penutup
Simpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian di atas adalah sebagai
berikut.
1.
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah
proses pelibatan dua orang atau lebih untuk saling bertukar pen-dapat, dan atau
saling mempertahankan pendapat dalam pe-mecahan masalah sehingga didapat ke-sepakatan
diantara mereka.
2.
Metode diskusi men-jadikan
siswa untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Metode diskusi juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeluarkan
pendapat, dan memberikan solusi terhadap masalah yang dibahas.
Saran yang dapat diberikan untuk
mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
Sebelum memulai pembelajaran,
seorang guru harus membuat perencanaan pembelajaran, memilih media
yang dipakai, dan metode yang digunakan, sehingga pembelajaran menjadi lebih
menarik bagi anak, salah satunya yaitu metode diskusi yang merupakan metode
yang sangat efektif untuk dapat mengemukakan pendapat anak.
2.
Untuk kelancaran dan
efektivitas diskusi, guru harus dapat mengatur jalannya diskusi. Oleh karena
itu, guru harus mengetahui langkah-langkah diskusi sebagai pedoman dalam mengelola pembelajaran.
Daftar
Pustaka
Santosa, Puji, dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Solehan, T. W. , dkk.
(2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di
SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin S, dkk.
(2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar